Selasa, 06 Desember 2016

Shelfi Lailatul Latifah : Peduli Pendidikan Anak Jalanan Melalui Save Street Child.


Pada 23 Mei 2011 lalu, Shelfi Lailatul Latifah membuat akun Twitter bernama Save Street Child (SSC). Melalui akun tersebut, Shei, biasa akrab disapa, hendak mengajak masyarakat untuk memiliki kepedulian sosial terhadap anak-anak jalanan, khususnya perihal kondisi pendidikan mereka. Ajakan tersebut direspons cukup positif oleh publik hingga akhirnya SSC menjadi sebuah gerakan masif. Masyarakat berduyun-duyun berpartisipasi dalam gerakan SSC. Gerakan ini bahkan telah tersebar di sekitar 16 daerah di Indonesia.

Ketika menginisiasi gerakan SSC melalui jejaring sosial Twitter, Shei masih berkuliah di Universitas Paramadina, Jakarta. Pada awalnya, ia memang tidak memiliki niat untuk terjun dalam dunia gerakan semacam ini. Sebab, rutinitasnya sebagai mahasiswi sudah membuatnya cukup sibuk. Shei memang cukup aktif dalam berbagai kegiatan internal kampus. Misalnya, dia pernah menjabat sebagai sekretaris jenderal Serikat Mahasiswa Universitas Paramadina. Tak pelak, hal tersebut cukup menyita waktunya. Namun, pada suatu malam, ketika dia dan beberapa temannya tengah menikmati waktu senggang di sebuah warung angkringan, terdapat dua anak perempuan berpakaian lusuh dan kumal di dekat warung tersebut. Mereka memang tidak mengganggu Shei dan teman-temannya. Melihat mereka, Shei merasa iba. Tak pikir lama, ia pun mengajak kedua anak perempuan berpakaian lusuh tadi untuk makan bersama dengannya di warung angkringan. Mereka pun makan dengan sangat lahap.

Shei mengatakan, dua anak perempuan yang diajaknya makan kala itu berusia sekitar 12 tahun. Namanya adalah Wati dan Lisa. Menurut Shei, ketika itu mereka memang terlihat sedikit teler, seperti di bawah pengaruh obat-obatan. Setelah pertemuan pertama dengan Wati dan Lisa, karena rasa iba, Shei berjanji untuk menemui mereka lagi sepekan kemudian. Janji Shei itu pun disambut gembira oleh keduanya. Pada pertemuan berikutnya, Shei memberikan pakaian layak pakai untuk Wati dan Lisa. Tak hanya itu, Shei juga menawarkan Wati dan Lisa, yang sehari-harinya mencari makan dengan mengamen, untuk tinggal di kosnya di Mampang, Jakarta Selatan. Hal itu Shei lakukan karena memang tidak tega melihat mereka yang tidak punya tempat tinggal. Mereka biasanya tidur di emperan toko, pasar, bahkan semak-semak.

Sejak saat itu, Shei selalu menaruh kunci indekos-nya di atas ventilasi agar Wati dan Lisa bisa datang kapan saja. Ia juga tidak merasa khawatir mereka akan mencuri barang-barang miliknya. Karena saat itu Shei memang tidak punya barang berharga. Satu-satunya barang berharga yang ia miliki mungkin hanya alat penanak nasi, yang kalau pun dicuri, paling ia tidak bisa memasak lagi. Namun, firasat Shei memang terbukti. Wati dan Lisa dapat menjaga kepercayaannya dengan tidak mengusik atau mencuri barang-barang miliknya. Selain itu, kendati diberikan keleluasaan oleh Shei untuk tinggal, keduanya hanya memanfaatkan indekos untuk tidur. Mereka lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mengamen.


Dari sini, Shei mulai berhasrat untuk merangkul lebih banyak lagi anak-anak jalanan. Dia merealisasikannya dengan membuat akun Twitter SSC. Melalui akun ini, ia mengajak dan mengkampanyekan agar masyarakat dapat mencurahkan kepeduliannya kepada anak-anak jalanan. Responsnya memang cukup bagus. Sejumlah orang mulai dari kalangan pekerja, mahasiswa, hingga ibu rumah tangga bersedia bergabung di SSC. Setelah cukup banyak yang ingin berpartisipasi, pertemuan pertama para relawan SSC akhirnya dilaksanakan di Universitas Paramadina. Pertemuan tersebut membuahkan beberapa ide kegiatan, antara lain pemeriksaan gigi gratis untuk anak jalanan, berbuka puasa bersama, dan lainnya.

Di sela-sela kegiatannya membesarkan SSC, Wati dan Lisa tiba-tiba menyatakan kepada Shei bahwa mereka ingin bersekolah. Shei pun mengabulkan keinginan mereka dengan mendaftarkannya ke sekolah terbuka di Depok, Jawa Barat. Ia bahkan rela untuk pindah indekos dari Mampang ke Depok untuk memudahkan akses keduanya. Di indekos barunya, Shei menampung dan mengasuh lagi sekitar 10 anak jalanan. Karena hal itu adalah keinginan pribadi, Shei terkadang menyisihkan sebagian uangnya untuk kebutuhan mereka. Perempuan kelahiran Jombang ini bercerita, pernah uangnya tinggal Rp 25 ribu, padahal ia harus memberi makan 10 anak asuh. Akhirnya, ia hanya mampu menyediakan nasi dan lauk seadanya saja, asalkan semuanya kebagian.

Di sisi lain, Shei tetap berupaya untuk mengembangkan gerakan SSC. Ia menginginkan gerakan ini memiliki kegiatan atau program yang berkesinambungan. Karena gerakan SSC mulai diadopsi dan berkembang di daerah-daerah lain, Shei mengambil sebuah istilah yang dipakai SSC Surabaya untuk programnya, yakni "Pengajar Keren." Program tersebut cukup mirip dengan gerakan Indonesia Mengajar. Shei mengajak dan mencari para relawan untuk menjadi pengajar anak-anak jalanan. Peminat program ini pun cukup banyak. Kendati demikian, Shei tetap menerapkan prosedur pendaftaran untuk menjaring mereka. Menurut Shei, program ini memang memiliki motivasi tersendiri. Yakni, agar generasi muda dapat memiliki pola pikir bahwa mereka bisa keren ketika berbagi ilmu dan mengajar. Dari lifestyle positif ini diharapkan akan berkembang menjadi program pembentukan karakter relawan dan anak-anak jalanan juga. Untuk awal program ini, Shei mendapat kelas di daerah Penjaringan, Jakarta Utara. Tetapi, tak lama kemudian, kelas tersebut pindah lokasi karena terlalu jauh.


Singkatnya, hingga akhir 2012, Shae telah membuat tiga kali program Pengajar Keren. Kelas-kelasnya pun tidak terpusat di satu lokasi, tetapi tersebar di beberapa daerah, seperti Jakarta, Depok, dan Tangerang. Sedangkan, untuk relawan-relawan SSC di luar Jabodetabek, Shei memang tidak menitahkan untuk membuat program serupa. Mereka dibebaskan membuat program masing-masing sesuai kreativitas, karena SSC basisnya memang komunitas. Karena kegigihannya membentuk dan mengembangkan gerakan SSC, pada 2013 lalu, Shei meraih penghargaan dalam ajang Telkom Indonesia Digital Women Award 2013. Ia dinobatkan sebagai perempuan inspiratif kategori "Socio Activist" Penghargaan itu diberikan karena ia dinilai memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap masalah sosial, dalam konteks ini adalah persoalan pendidikan anak-anak jalanan. Shei mengaku senang mendapat penghargaan tersebut. Dengan penghargaan ini, setidaknya SSC lebih dikenal dan bisa membuka mata masyarakat bahwa masih banyak anak yang tidak memiliki akses pendidikan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar