Rabu, 19 Juli 2017

Eva Nukman, Mantan Apoteker Yang Terjun Dalam Pengembangan Literasi dan Buku Anak.


Meningkatkan kualitas buku anak serta memberi kemudahan bagi anak-anak Indonesia di berbagai daerah terpelosok untuk mengakses buku adalah salah satu harapan Eva Nukman. Kendati sempat berkarier dalam bidang farmasi sebagai seorang apoteker, hasrat untuk mewujudkan harapannya itu masih tertanam dalam dirinya. Pada 2014, Eva akhirnya menggagas berdirinya Yayasan Literasi Anak Nusantara (Litara). Yayasan ini merupakan alat yang digunakan Eva untuk merealisasikan harapannya tersebut. Dia mengungkapkan, sejak masih duduk di bangku SMP dan SMA di Padang, Sumatera Barat, ia memang hobi menulis puisi. Pada suatu momen, puisi yang ditulisnya sempat diterbitkan oleh salah satu harian lokal di sana.

Kebiasaan menulis itu berlanjut ketika ia menempuh pendidikan tinggi di Institut Teknologi Bandung (ITB). Sewaktu kuliah, Eva sudah cukup aktif menerjemahkan berbagai buku, seperti buku nonfiksi dan sains populer. Ketika lulus kuliah dan menekuni profesi sebagai apoteker, Eva tak melepaskan kebiasaannya menulis. Ia masih tetap aktif di dunia penerjemahan medis. Ia banyak menerjemahkan dokumen-dokumen kefarmasian, seperti dokumen uji klinis suatu obat, membuat panduan manual alat kesehatan, dan lainnya. 

Setelah menikah dan memiliki tiga orang anak, Eva sering terlibat diskusi dengan dua orang temannya, yang notabene telah memiliki anak pula dan merupakan temannya sewaktu di ITB. Diskusi tersebut berkisar tentang pendidikan anak serta buku anak. Dalam diskusi tersebut, Eva beserta dua temannya memiliki keresahan yang sama tentang buku-buku anak di Indonesia. Keresahan pertama berkaitan dengan konten buku anak, yang menurut mereka, cukup kaku karena hanya didominasi pesan moral berupa teks tanpa disertai ilustrasi gambar atau visual yang pas untuk anak-anak. Bukan berarti pesan moral itu tidak penting, tapi menurut Eva, kalau bisa disampaikan dengan cara yang lebih asyik dan menyenangkan, mengapa tidak ?


Keresahan kedua masih berkaitan dengan buku, tapi dalam konteks pendidikan anak secara menyeluruh. Menurut Eva, hingga saat ini penyebaran buku-buku anak masih lebih banyak di kota-kota besar saja. Di daerah terpencil, anak-anak masih kesulitan untuk mengakses buku. Ia menghendaki kemudahan akses terhadap buku-buku ini dapat pula dinikmati oleh seluruh anak di Indonesia.

Bertolak dari keresahan itu, Eva dan dua temannya merasa perlu untuk membuat sebuah gerakan. Kendati belum terpikir untuk mendirikan sebuah yayasan literasi anak, Eva dan dua temannya telah mencoba menulis buku anak pada 2012. Kegiatan menulis tersebut semata-mata ikhtiar awal untuk menciptakan buku anak yang berkualitas, baik dalam segi pesan, alur cerita, maupun ilustrasi dan visualisasinya. Pada tahun yang sama, Eva dan teman-temannya berhasil merampungkan tiga buku anak dan menerbitkannya secara eksklusif atau belum masif. Adapun buku-buku tersebut berisi tentang kisah anak-anak dengan latar atau setting tempat di beberapa daerah di Indonesia. Salah satu buku karya Eva adalah Misteri di Pasar Terapung. Buku ini menceritakan petualangan seorang anak di Banjarmasin dengan pasar terapungnya.

Eva memang memiliki alasan tersendiri mengapa menulis buku dengan latar daerah. Menurutnya, keterwakilan anak-anak Indonesia di dalam buku anak memang belum terjadi. Buku anak rata-rata selalu memilih setting di perkotaan. Padahal, mengambil setting dan menciptakan tokoh anak daerah di dalam buku anak tak kalah penting. Sebab, dengan demikian anak tak hanya sekedar membaca, tapi bisa juga mengenal berbagai kebudayaan yang ada di Indonesia.


Ketiga buku yang dibuat Eva dan dua orang temannya kemudian dibawa ke sebuah festival buku anak internasional di London, Inggris. Selain untuk mengetahui respons masyarakat dunia terkait buku yang dibuatnya,  kehadirannya di sana juga dalam rangka menimba ilmu dan pengetahuan dari beragam tokoh literasi anak dunia, seperti penulis atau ilustrator buku anak tersohor. Dan ternyata, respons hadirin di sana terhadap bukunya cukup bagus. Setahun berikutnya, Eva dan dua temannya telah menulis hampir 15 judul buku anak dengan memperkaya latar daerah-daerah di Indonesia dan ide ceritanya. Buku tersebut kemudian ia hadirkan kembali dalam festival buku anak internasional di Singapura. Sama seperti di London, Inggris, di Singapura buku karya Eva pun mendapat apresiasi positif dari pengunjung di sana.

Setelah berpartisipasi dalam dua festival buku anak internasional tersebut, pada 2014 Eva kemudian menggagas berdirinya Yayasan Litara. Lewat yayasan ini, ia memiliki beberapa misi yang hendak dicapai. Pertama, adalah mengajak penulis dan kreator buku anak, termasuk ilustrator, untuk menghasilkan karya-karya yang berkualitas. Dalam konteks ini, Eva ingin buku anak tidak hanya sekedar mengedepankan aspek pesan moral semata. Tapi juga harus memperkaya visualnya agar imajinasi anak bisa tumbuh. Seperti disinggung sebelumnya, Eva ingin anak-anak di seluruh Indonesia dapat mengakses buku-buku dengan mudah. Di sinilah sisi sosial Yayasan Litara. 

Pada tahun yang sama, Yayasan Litara berhasil menjalin kerja sama dengan sebuah lembaga yang juga fokus dalam bidang literasi, yakni Room To Read (RTR). RTR adalah organisasi global asal Amerika yang fokus mengembangkan kehidupan literasi anak-anak di negara-negara Asia dan Afrika. Lewat misi yang sama, RTR dan Yayasan Litara bekerja sama dalam menyelenggarakan lokakarya kepenulisan buku anak. Namun, peserta dari lokakarya ini diwajibkan mengikuti seleksi terlebih dulu. Proses seleksinya diserahkan kepada Yayasan Litara. Waktu itu Eva menginformasikan lokakarya ini di media sosial Facebook, salah satunya ke akun forum komunitas bacaan anak yang anggotanya sudah mencapai belasan ribu.


Setelah diseleksi, sejumlah penulis dan ilustrator buku anak pilihan Yayasan Litara dipersilahkan mengikuti lokakarya bersama RTR. Menurut Eva, secara umum, mereka diajarkan tentang metode menulis buku anak yang baik. Eva mengatakan, kerja sama dan lokakarya bersama RTR telah berlangsung dua kali, yakni pada 2015 dan 2016. Dari kegiatan tersebut, peserta lokakarya, yang notabene seorang penulis dan ilustrator, berhasil membuat beberapa karya berupa buku cerita bergambar untuk anak. Buku-buku tersebut akhirnya dicetak secara massal untuk dibagikan gratis ke sekolah-sekolah dan perpustakaan-perpustakaan di berbagai daerah terpelosok di Indonesia.

2 komentar:

  1. Sambal Roa Judes, salah satu kekayaan kuliner nusantara, Sambal yang dibuat dari campuran Ikan Roa ini selalu sukses menggoda lidah para penggemar pedas. Bahkan bagi mereka yang tidak pernah memilih ikan sebagai menu makanan mereka pun, selalu berakhir dengan mengakui kehebatan rasa Sambel Roa JuDes ini.. Anda penasaran ingin menikmatinya ? Hubungi layanan Delivery Sambal Roa Judes via whats app/sms di 085695138867

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya Atas nama IBU SITI AISYA ingin berbagi cerita kepada anda semua bahwa saya yg dulunya cuma seorang TKW di SINGAPURA jadi pembantu rumah tangga yg gajinya tidak mencukupi keluarga di kampun,jadi TKW itu sangat menderita dan di suatu hari saya duduk2 buka internet dan tidak di sengaja saya melihat komentar orang tentan AKI SOLEH dan katanya bisa membantu orang untuk memberikan nomor yg betul betul tembus dan kebetulan juga saya sering pasan nomor di SINGAPURA,akhirnya saya coba untuk menhubungi AKI SOLEH dan ALHAMDULILLAH beliau mau membantu saya untuk memberikan nomor,dan nomor yg di berikan AKI SOLEH 100% tembus (4D) <<< 3 3 4 1 >>> saya menang togel (150,juta) meman betul2 terbukti tembus dan saya sangat bersyukur berkat bantuan AKI SOLEH kini saya bisa pulang ke INDONESIA untuk buka usaha sendiri,,munkin saya tidak bisa membalas budi baik AKI SOLEH sekali lagi makasih yaa AKI dan bagi teman2 yg menjadi TKW atau TKI seperti saya,bila butuh bantuan hubungi saja AKI SOLEH DI 082-313-336-747- insya ALLAH beliau akan membantu anda.Ini benar benar kisah nyata dari saya seorang TKW trimah kasih banyak atas bantuang nomor togel nya AKI wassalam.


      KLIK DISINI-AHLI-DUKUN-TOGEL-SAKTI-TERPERCAYA















      Hapus