Kamis, 10 November 2016

ROCHMA INDRAWATI FIRDAUS : Berbagi Kebahagiaan Lewat Sedekah Nasi.


Sudah sejak awal 2016, Rochma Indrawati Firdaus, mojang asal Bandung, Jawa Barat, terlibat dalam sebuah gerakan bernama Sedekah Nasi. Sesuai dengan namanya, gerakan ini terwujud dalam sebuah kegiatan berbagi nasi bungkus atau nasi kotak gratis kepada mereka yang membutuhkan, seperti kaum dhuafa, jompo, dan yatim. Awalnya, Rochma memang hanya sendirian melakukan kegiatan sosial tersebut. Namun, setelah kegiatannya diunggah ke Facebook, ternyata cukup banyak orang yang mengapresiasi aksinya. Tak sedikit pula dari mereka yang menawarkan diri untuk bergabung dalam gerakan tersebut.

Saat ini, gerakan Sedekah Nasi telah menjalar ke 43 daerah di Indonesia. Meliputi daerah Jawa, Sumatra, Kalimantan, bahkan Papua. Rochma mengatakan, ketika masih kanak-kanak, dia memang telah tertarik dengan berbagai kegiatan amal. Tak ayal, ketika beranjak dewasa, ia kerap terlibat dalam berbagai kegiatan kemanusiaan, seperti menggalang dana atau bantuan untuk korban bencana alam dan lainnya. Misalnya, ketika salah satu daerah di Bekasi, Jawa Barat, terendam banjir. Rochma langsung mempublikasikannya dalam status Facebook, dan bertanya kepada teman-temannya, siapa yang ingin ikut ke sana untuk menyalurkan bantuan. Atau bisa juga yang ingin menitip makanan, mainan, dan pakaian. Setelah terkumpul, barulah ia dan teman-temannya berangkat ke lokasi bencana. Waktu itu Rochma menamai gerakannya Peduli Perempuan.

Menjelang akhir 2014, Rochma masih aktif dalam menggalang berbagai bantuan untuk para korban bencana alam. Kegiatan penggalangan tersebut selalu dia unggah dalam akun Facebook-nya untuk menarik lebih banyak partisipasi dari teman-temannya. Hingga akhirnya, seorang temannya yang bernama Muri Handayani membuat tagar (tanda pagar) #Kecanduan Sedekah untuk setiap kegiatan sosial yang diinisiasi oleh Rochma. Maksud dari tagar yang dibuat oleh temannya itu adalah berbagi atau sedekah itu bisa membuat bahagia dan kecanduan. Jadi, kalau tidak sedekah, rasanya seperti 'sakau'.


Berselang satu tahun setelah dibuatnya tagar Kecanduan Sedekah, tepatnya pada awal 2016, Rochma mencetuskan gerakan Sedekah Nasi. Sedekah Nasi merupakan gerakan atau program dari Kecanduan Sedekah. Bermodalkan uang pribadi, Rochma menyiapkan 20 nasi kotak untuk dibagikan secara gratis kepada orang-orang dhuafa, jompo, dan yatim yang terdapat di sekitar daerah rumahnya, yakni Ujung Berung, Bandung Timur, Jawa Barat. Seperti kegiatan sosial sebelumnya, kegiatan berbagi nasi tersebut pun diunggah ke akun Facebook-nya. Dan ketika ia posting, ternyata banyak yang memberikan like, share, dam bahkan juga berkomentar ingin ikut berpartisipasi.

Melihat respons yang cukup positif, Rochma kemudian mengajak mereka yang ingin berpartisipasi untuk bergabung dalam gerakan Sedekah Nasi. Bagi mereka yang berlainan daerah dengannya, tapi hendak bergabung, Rochma menyarankan agar mereka memulai gerakan Sedekah Nasi di daerahnya masing-masing. Setelah mengetahui cukup banyak yang ingin bergabung, untuk memudahkan koordinasi dan konsolidasi, Rochma menampung mereka dalam sebuah grup obrolan Whatsapp. Dari grup inilah, dipilih siapa yang akan menjadi penanggung jawab gerakan Sedekah Nasi di daerah-daerah.

Terkait dana, Rochma mengaku awalnya memang belum memiliki donatur untuk gerakan ini. Seluruhnya dilakukan secara swadaya dan sukarela. Kendati demikian, dia maupun anggota gerakan Sedekah Nasi lainnya tetap semangat melakoni kegiatan tersebut. Setelah gerakan Sedekah Nasi mulai berlangsung di berbagai daerah, Rochma pun rutin mengunggah laporan kegiatan tersebut ke akun Facebook-nya. Sejak saat itu, semakin hari, semakin banyak yang share, hingga kegiatannya makin dikenal, dan menular. Dan lebih banyak lagi yang tertarik ingin berpartisipasi untuk membantu bahan-bahan masakan serta donasi.


Ketika mendapatkan sejumlah donasi, Rochma pun selalu menyalurkannya ke daerah-daerah gerakan Sedekah Nasi. Per daerah biasanya mendapatkan Rp 300 ribu. Dari uang sebanyak itu bisa jadi banyak nasi dan lauk, karena sebagian besar memang dimasak sendiri. Semakin hari, Sedekah Nasi pun semakin masif. Gerakan tersebut tidak hanya berlangsung di sejumlah kota di Pulau Jawa, tapi juga merembet ke luar Pulau Jawa, seperti Makassar (Sulawesi Selatan), Batam (Kepulauan Riau), Madura, Bima (Nusa Tenggara Barat), Palembang (Sumatera Selatan), hingga Merauke di Papua.

Rochma mengungkapkan, gerakan Sedekah Nasi memang tidak dilakukan setiap hari. Kegiatan tersebut hanya dilaksanakan sepekan sekali, tepatnya pada Jumat pagi. Adapun alasan dipilihnya hari Jumat untuk berbagai atau Sedekah Nasi, kata Rochma, karena hari tersebut, berdasarkan hadis, memiliki keberkahan dan keistimewaan dibandingkan hari-hari lainnya. Dalam sepekan, menurut pengakuan Rochma, gerakannya bisa membagikan sekitar empat ribu nasi bungkus untuk dhuafa, yatim, dan jompo yang tersebar di 43 daerah di Indonesia. Bahkan, sebelum Idul Fitri, pernah mencapai lima ribu porsi nasi bungkus.

Rochma memiliki alasan tersendiri mengapa memilih nasi untuk gerakannya. Menurutnya, semua orang pasti membutuhkan makan sebelum mereka bekerja atau belajar. Banyak pula kaum dhuafa yang bekerja, tapi tidak sarapan. Mereka biasanya menunggu penglaris dahulu, baru bisa makan. Padahal, bila mereka bisa mendapatkan sarapan yang enak, layak, juga gratis, hatinya pasti akan senang. Kalau mereka senang, bekerjanya pun jadi lebih semangat. Dan kalau sudah semangat hasilnya juga pasti lebih baik. Kalau lebih baik, kebaikan yang didapat juga bisa dirasakan oleh orang-orang banyak. Jadi, beruntun efeknya,


Walaupun hanya membagikan nasi bungkus, Rochma sering menyaksikan betapa kaum dhuafa sangat menghargai pemberian tersebut. Ketika mendapatkan nasi bungkus itu, mereka berdoa sangat panjang dan khusyuk, sampai-sampai, kata Rochma, ia ingin menangis melihatnya. Padahal, yang diberikan hanya nasi senilai sepuluh ribu, tapi dimaknai begitu lebih oleh mereka. Rochma berharap gerakan Sedekah Nasi ini dapat bertahan dan para aktor yang terlibat di dalamnya senantiasa istiqamah. Sebab, menurut Rochma, memulai kebaikan memang mudah. Namun, mempertahankan jalan kebaikan dan mati dalam keadaan baik itu yang cukup sulit dilakukan. Dengan demikian, gerakan Sedekah Nasi nantinya mampu membantu lebih banyak lagi kaum dhuafa, yatim, dan jompo. Setidaknya dalam mengisi perut mereka yang lapar dengan makanan yang layak setiap Jumat pagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar