Kamis, 15 September 2016

ASA RATNA DINASTY : Pelopori Gerakan Mukena Bersama.




Sejak Desember 2015 lalu hingga saat ini, Asa Ratna Dinasty aktif dalam sebuah gerakan bernama “Mukena Bersama”. Tujuan gerakan ini sederhana, namun sangat bermanfaat, yakni membersihkan mukena-mukena di mushala atau masjid yang berada di ruang publik seperti mal, pom bensin, terminal, dan lain-lain. Gerakan Mukena Bersama memang tidak muncul tiba-tiba. Gerakan ini lahir setelah Asa dan seorang temannya, Amelia Devita, berbincang tentang mukena-mukena yang disediakan Masjid Agung al-Azhar, Jakarta, untuk jamaah muslimah di sana. Menurut Asa, mukena-mukena di Masjid Agung al-Azhar sangat terawat, bersih, dan layak pakai. Namun, ia dan Amelia mengaku cukup heran mengapa tidak semua masjid atau mushala dapat menyediakan mukena yang layak dan terawat seperti di Masjid Agung al-Azhar. Apalagi, bila mushala atau masjid itu berada di terminal, pom bensin, atau mal. Meski berada di tempat yang bagus, tapi mukenanya kadang bau kotor, dan seperti tidak layak.

Berangkat dari pengalaman dan keprihatinan tersebut, Asa dan Amelia terketuk hatinya untuk membantu merawat dan menjaga kondisi mukena di mushala atau masjid di ruang-ruang publik tersebut. Saat itu Asa dan Amelia belum terpikir untuk membuat sebuah gerakan yang lebih masif dan melibatkan banyak pihak. Akhirnya mereka memulai dengan mencari mushala terdekat terlebih dulu. Asa memilih membersihkan dan mencuci mukena yang terdapat di mushala di lingkungan PT Antarmitra Sembada, Pos Pengumben, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Sedangkan Amelia, yang waktu itu sudah pindah ke Bandung mencuci mukena yang ada di mushala-mushala mal di sana.

Selain mencuci mukena-mukena di mushala itu, Asa dan Amelia juga membelikan mukena-mukena baru. Hal ini dilakukan agar stok mukena di mushala tersebut tetap tersedia ketika mukena lainnya tengah dicuci di penatu. Untuk mencuci dan membeli mukena baru, Asa menyisihkan uang pribadinya. Karena ia memang belum melibatkan siapa-siapa untuk aksi perdananya tersebut. Setelah aksi perdana, Asa baru terpikir untuk membuat kegiatan ini dalam cakupan yang lebih luas dan menjangkau mushala-mushala di berbagai daerah. Saat memutuskan untuk mengajak teman-teman lain, ia membuat media untuk mensosialisasikannya. Selain menyebar selebaran tentang kegiatan ini, Asa juga memanfaatkan facebook dan instagram.


Ajakan Asa pun mendapat respons positif dari teman-temannya. Banyak dari mereka yang ingin menjadi relawan dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan membersihkan mukena yang terdapat di mushala atau masjid-masjid di ruang-ruang publik. Pada titik ini, Asa kemudian terinspirasi untuk mencetuskan sebuah gerakan, yakni Mukena Bersama. Dinamakan Mukena Bersama, karena semuanya sama-sama punya tanggung jawab merawat mukena ini. Dalam kurun waktu kurang dari enam bulan, relawan Mukena Bersama telah mencapai 150 orang. Mayoritas dari mereka adalah perempuan dengan ragam latar belakang, usia, dan pekerjaan. Mulai dari pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, wirausaha, dan lainnya. Mereka semua tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Antara lain Jakarta, Bogor, Depok, Bandung, Semarang, Surabaya, Magelang, Makasar, Palembang, Bengkulu, Lampung, Medan, Riau, dan beberapa daerah lainnya.

Saat partisipasi relawan mulai meningkat, Asa juga mulai membuka donasi untuk kegiatan ini. Bentuknya tidak perlu uang, tapi bisa berupa mukena baru atau masih layak pakai. Dengan demikian, Asa bisa menyalurkannya ke mushala-mushala yang membutuhkan. Sementara untuk para relawan, tidak diwajibkan memberi donasi atau sumbangan, karena mereka sudah membantu untuk mencuci mukena. Tapi bila ada yang punya rezeki lebih, mereka biasanya juga ikut berdonasi.

Hingga saat ini, gerakan Mukena Bersama masih berlangsung dan tidak banyak menemui kendala. Untuk koordinasi dengan para relawan, Asa juga tidak mengalami hambatan. Ia memanfaatkan grup obrolan WhatsApp guna menjaga komunikasi dengan mereka. Setiap bulannya, Asa selalu mengingatkan para relawan untuk mencuci lagi mukena yang telah dicuci pada bulan sebelumnya. Ia juga meminta setiap relawan untuk melampirkan foto lokasi mushala dan mukena yang telah dicuci sebagai bukti atau laporan kegiatan. Foto-foto itu lalu akan disebarkan di sosial media sebagai bukti kegiatan Mukena Bersama dan pertanggung jawaban pada para donatur.

Sebagian orang mungkin akan bertanya-tanya mengapa para relawan tersebut mau bersusah payah mencuci bahkan menyediakan mukena layak untuk mushala. Menurut Asa, hal itu wajar karena sebagian besar relawannya adalah perempuan, yang mana mereka pasti pernah merasakan tidak nyamannya ketika ingin shalat di masjid atau mushala, tapi mukenanya kotor atau bau. Sedangkan mukena tersebut dibutuhkan saat ingin menghadap Allah SWT. Rasanya memalukan sekali bila ingin beribadah kepada Allah SWT kita memakai pakaian seadanya, dan mukenanya kotor pula. Padahal, ada hadis menyebut kebersihan sebagian dari iman. Selain itu, Asa menilai, para relawan juga memiliki motivasi lain yang menyebabkan mereka berpartisipasi dalam gerakan Mukena Bersama. Yakni mendulang amal jariah dengan cara mencuci mukena-mukena yang kurang layak pakai. Insya Allah, amalan tersebut tidak akan putus sampai wafat nanti.


Sampai sekarang, belum ada pihak pengelola masjid atau mushala yang merasa keberatan dengan kegiatan atau gerakan Mukena Bersama. Mereka merespons positif dan sangat mengapresiasi gerakan ini. Oleh karena itu, Asa berharap, gerakan Mukena Bersama akan tetap langgeng. Dengan begitu, akan semakin banyak mukena-mukena bersih di masjid atau mushala-mushala. Ia juga berharap gerakan ini dapat menjadi pengingat bagi pihak pengurus masjid atau mushala, terutama yang berada di ruang publik, agar tetap memperhatikan, menjaga, serta merawat kebersihan mukena-mukenanya. Sebab, menurut Asa, gerakan mencuci dan menyumbang mukena baru pun akan percuma bila tidak diiringi dengan kesadaran dan kepedulian dari pihak pengelola masjid atau mushala. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar