Sejak Desember
2015 lalu hingga saat ini, Asa Ratna Dinasty aktif dalam sebuah gerakan bernama
“Mukena Bersama”. Tujuan gerakan ini sederhana, namun sangat bermanfaat, yakni
membersihkan mukena-mukena di mushala atau masjid yang berada di ruang publik
seperti mal, pom bensin, terminal, dan lain-lain. Gerakan Mukena Bersama memang
tidak muncul tiba-tiba. Gerakan ini lahir setelah Asa dan seorang temannya,
Amelia Devita, berbincang tentang mukena-mukena yang disediakan Masjid Agung
al-Azhar, Jakarta, untuk jamaah muslimah di sana. Menurut Asa, mukena-mukena di
Masjid Agung al-Azhar sangat terawat, bersih, dan layak pakai. Namun, ia dan
Amelia mengaku cukup heran mengapa tidak semua masjid atau mushala dapat
menyediakan mukena yang layak dan terawat seperti di Masjid Agung al-Azhar.
Apalagi, bila mushala atau masjid itu berada di terminal, pom bensin, atau mal.
Meski berada di tempat yang bagus, tapi mukenanya kadang bau kotor, dan seperti
tidak layak.
Berangkat dari
pengalaman dan keprihatinan tersebut, Asa dan Amelia terketuk hatinya untuk
membantu merawat dan menjaga kondisi mukena di mushala atau masjid di
ruang-ruang publik tersebut. Saat itu Asa dan Amelia belum terpikir untuk
membuat sebuah gerakan yang lebih masif dan melibatkan banyak pihak. Akhirnya
mereka memulai dengan mencari mushala terdekat terlebih dulu. Asa memilih
membersihkan dan mencuci mukena yang terdapat di mushala di lingkungan PT
Antarmitra Sembada, Pos Pengumben, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Sedangkan
Amelia, yang waktu itu sudah pindah ke Bandung mencuci mukena yang ada di
mushala-mushala mal di sana.
Selain mencuci
mukena-mukena di mushala itu, Asa dan Amelia juga membelikan mukena-mukena
baru. Hal ini dilakukan agar stok mukena di mushala tersebut tetap tersedia
ketika mukena lainnya tengah dicuci di penatu. Untuk mencuci dan membeli mukena
baru, Asa menyisihkan uang pribadinya. Karena ia memang belum melibatkan
siapa-siapa untuk aksi perdananya tersebut. Setelah aksi perdana, Asa baru
terpikir untuk membuat kegiatan ini dalam cakupan yang lebih luas dan
menjangkau mushala-mushala di berbagai daerah. Saat memutuskan untuk mengajak
teman-teman lain, ia membuat media untuk mensosialisasikannya. Selain menyebar
selebaran tentang kegiatan ini, Asa juga memanfaatkan facebook dan instagram.
Ajakan Asa pun
mendapat respons positif dari teman-temannya. Banyak dari mereka yang ingin
menjadi relawan dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan membersihkan mukena yang
terdapat di mushala atau masjid-masjid di ruang-ruang publik. Pada titik ini,
Asa kemudian terinspirasi untuk mencetuskan sebuah gerakan, yakni Mukena
Bersama. Dinamakan Mukena Bersama, karena semuanya sama-sama punya tanggung
jawab merawat mukena ini. Dalam kurun waktu kurang dari enam bulan, relawan
Mukena Bersama telah mencapai 150 orang. Mayoritas dari mereka adalah perempuan
dengan ragam latar belakang, usia, dan pekerjaan. Mulai dari pelajar,
mahasiswa, ibu rumah tangga, wirausaha, dan lainnya. Mereka semua tersebar di
berbagai daerah di Indonesia. Antara lain Jakarta, Bogor, Depok, Bandung,
Semarang, Surabaya, Magelang, Makasar, Palembang, Bengkulu, Lampung, Medan,
Riau, dan beberapa daerah lainnya.
Saat
partisipasi relawan mulai meningkat, Asa juga mulai membuka donasi untuk
kegiatan ini. Bentuknya tidak perlu uang, tapi bisa berupa mukena baru atau
masih layak pakai. Dengan demikian, Asa bisa menyalurkannya ke mushala-mushala
yang membutuhkan. Sementara untuk para relawan, tidak diwajibkan memberi donasi
atau sumbangan, karena mereka sudah membantu untuk mencuci mukena. Tapi bila
ada yang punya rezeki lebih, mereka biasanya juga ikut berdonasi.
Hingga saat
ini, gerakan Mukena Bersama masih berlangsung dan tidak banyak menemui kendala.
Untuk koordinasi dengan para relawan, Asa juga tidak mengalami hambatan. Ia
memanfaatkan grup obrolan WhatsApp guna menjaga komunikasi dengan mereka.
Setiap bulannya, Asa selalu mengingatkan para relawan untuk mencuci lagi mukena
yang telah dicuci pada bulan sebelumnya. Ia juga meminta setiap relawan untuk
melampirkan foto lokasi mushala dan mukena yang telah dicuci sebagai bukti atau
laporan kegiatan. Foto-foto itu lalu akan disebarkan di sosial media sebagai
bukti kegiatan Mukena Bersama dan pertanggung jawaban pada para donatur.
Sebagian orang
mungkin akan bertanya-tanya mengapa para relawan tersebut mau bersusah payah
mencuci bahkan menyediakan mukena layak untuk mushala. Menurut Asa, hal itu
wajar karena sebagian besar relawannya adalah perempuan, yang mana mereka pasti
pernah merasakan tidak nyamannya ketika ingin shalat di masjid atau mushala,
tapi mukenanya kotor atau bau. Sedangkan mukena tersebut dibutuhkan saat ingin
menghadap Allah SWT. Rasanya memalukan sekali bila ingin beribadah kepada Allah
SWT kita memakai pakaian seadanya, dan mukenanya kotor pula. Padahal, ada hadis
menyebut kebersihan sebagian dari iman. Selain itu, Asa menilai, para relawan
juga memiliki motivasi lain yang menyebabkan mereka berpartisipasi dalam
gerakan Mukena Bersama. Yakni mendulang amal jariah dengan cara mencuci
mukena-mukena yang kurang layak pakai. Insya Allah, amalan tersebut tidak akan
putus sampai wafat nanti.
Sampai
sekarang, belum ada pihak pengelola masjid atau mushala yang merasa keberatan
dengan kegiatan atau gerakan Mukena Bersama. Mereka merespons positif dan
sangat mengapresiasi gerakan ini. Oleh karena itu, Asa berharap, gerakan Mukena
Bersama akan tetap langgeng. Dengan begitu, akan semakin banyak mukena-mukena
bersih di masjid atau mushala-mushala. Ia juga berharap gerakan ini dapat
menjadi pengingat bagi pihak pengurus masjid atau mushala, terutama yang berada
di ruang publik, agar tetap memperhatikan, menjaga, serta merawat kebersihan
mukena-mukenanya. Sebab, menurut Asa, gerakan mencuci dan menyumbang mukena
baru pun akan percuma bila tidak diiringi dengan kesadaran dan kepedulian dari
pihak pengelola masjid atau mushala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar