Kesibukannya
menuntut ilmu di Universitas Marmara, Istanbul, Turki, tak membuat Nabilah
Hayatina hanya terpaku pada kegiatan-kegiatan akademis kampus semata. Meski
sedang berada di negeri orang, ia begitu aktif berorganisasi. Bagi Nabilah,
organisasi adalah tempat yang tepat untuk menempa dan mengaktualisasi diri.
Sejak 2013 lalu, Nabilah memilih aktif dalam organisasi Persatuan Pelajar
Indonesia (PPI) Istanbul. Ia juga merupakan penggagas berdirinya Forum Lingkar
Pena (FLP) Turki.
Perkenalannya
dengan PPI Istanbul memang tak terjadi tiba-tiba. Setelah diterima sebagai
mahasiswa di Universitas Marmara, Nabilah segera mencari tahu tentang
keberadaan perhimpunan atau organisasi pelajar Indonesia di sana. Setelah
menyelisik melalui media sosial, ia pun menemukan organisasi bernama PPI
Istanbul. Anggota PPI inilah yang mulanya membantu Nabilah mempersiapkan
berbagai kebutuhan ketika tiba di Istanbul, seperti mendaftar di asrama,
mengurus asuransi, dan lain-lain. Saat mendapat info bahwa PPI Istanbul tengah
mencari anggota-anggota baru untuk menjadi pengurus, Nabilah pun langsung
bergabung dan aktif di organisasi tersebut. Nabilah langsung diminta menempati
posisi sekretaris PPI Istanbul. Amanah dan kesempatan itu tak disia-siakan. Ia
mencoba semampunya untuk memberi kontribusi terbaik bagi organisasinya. Usaha
dan keseriusannya mengemban tanggung jawab PPI Istanbul pun menuai hasil
positif. Setahun kemudian, ia diamanahi jabatan baru sebagai wakil ketua PPI
Istanbul.
Sejak didaulat
menjadi wakil ketua, Nabilah pun menginisiasi sejumlah kegiatan. Salah satunya,
menyelenggarakan Indonesian Association in Istanbul Youth Forum (ISAIYF). Untuk
kegiatan ini PPI Istanbul mengundang seluruh mahasiswa Indonesia yang ada di
Turki untuk berpartisipasi. Pada ISAIYF 2015 Nabilah mengusulkan tema “Youth
Entrepreneur”. Jadi mereka mengundang salah satu motivator dari Amerika Serikat,
dan direktur Indomie di Istanbul, yakni Muhammad Yusuf Ahmad. Selain itu, ia
juga mengajak para anggota PPI Istanbul yang berjumlah sekitar 230 mahasiswa
untuk terlibat aktif dalam aksis sosial, yakni membantu warga Suriah yang
tengah dilanda bencana kemanusiaan. Selain uang, mereka mencoba memberi bantuan
berupa makanan, obat-obatan, dan pakaian kepada warga Suriah, baik yang masih berada
di negaranya maupun yang sudah mengungsi ke Istanbul. Namun, khusus bantuan
langsung ke Suriah, PPI Istanbul tidak melakukannya sendiri. Mereka bekerja
sama dengan Aksi Cepat Tanggap (ACT) untuk mendistribusikannya. Hal ini karena
PPI Istanbul, yang tergolong sebagai organisasi pelajar dilarang mendekati zona
perbatasan antara Turki dan Suriah.
Kegiatan
lainnya yang dikerjakan PPI Istanbul, adalah mempromosikan kebudayaan dan
kesenian Indonesia di sana. Setiap tahunnya, PPI Istanbul selalu berpartisipasi
dalam festival kebudayaan internasional yang digelar di Istanbul. Dalam
festival tersebut, persatuan atau perhimpunan pelajar asing, seperti PPI
Istanbul diharuskan untuk membuat gerai yang memberikan informasi tentang
negaranya masing-masing. Nantinya, gerai tersebut akan dinilai oleh pihak
panitia. Jadi, di gerai itu PPI Istanbul menyuguhkan berbagai informasi tentang
Indonesia, mulai dari makanannya, keseniannya, kebudayaannya, dan lain-lain.
Selain itu, peserta festival juga diminta untuk mementaskan salah satu
kesenian, dalam konteks ini berbentuk musik, tari, dan nyanyian tradisi untuk
dilombakan pula. Dan dengan penuh rasa syukur, Nabilah mengungkapkan, untuk
lomba tari dan nyanyi, PPI Istanbul berhasil menang dua kali berturut-turut
sejak 2012. Sedangkan untuk gerainya, berhasil tiga kali menang berturut-turut.
Untuk
berpartisipasi dalam festival kebudayaan internasional tersebut, PPI Istanbul
memang tidak bekerja sendiri. Tapi, dibantu oleh Konsulat Jenderal Republik
Indonesia (KJRI) di Istanbul, terutama untuk penyediaan kostum peserta tari, musik,
dan nyanyian tradisi. Menurut Nabilah, keguyuban dan prestasi yang ditorehkan
oleh PPI Istanbul telah menginspirasi sejumlah mahasiswa mancanegara di sana.
Mereka cukup kagum dengan keakraban anggota PPI Istanbul walaupun sedang jauh
dari negara asal. Terlebih lagi, PPI Istanbul memang cukup sering
menyelenggarakan berbagai kegiatan. Dan Nabilah berpendapat, berbagai kegiatan
yang diselenggarakan PPI Istanbul adalah proses syiar untuk memperkenalkan
budaya dan wajah masyarakat Indonesia. Selain itu, karena penduduk Indonesia
mayoritas adalah Muslim, hal ini juga merupakan kesempatan untuk mensyiarkan
Islam. Anggota PPI Istanbul, terutama perempuannya, kata Nabilah, mayoritas
memang berhijab. Karena itu, mereka ingin memperkenalkan kepada lingkungan di
sana tentang Islam di Indonesia itu seperti apa. Agar dapat dimengerti bahwa
Islam itu seperti sejatinya, yakni
hangat, damai, dan jauh dari sifat kekerasan.
Kendati kini
tak lagi menempati posisi strategis, Nabilah tetap aktif di PPI Istanbul.
Hingga saat ini, ia juga masih sering diminta untuk menjadi pemandu diskusi
rutin yang digelar PPI Istanbul. Walaupun waktu dan tenaganya cukup terkuras
untuk berorganisasi, pada Februari 2014 lalu Nabilah masih mampu menggagas berdirinya
FLP Turki. Ini merupakan wujud dari kegemarannya menulis sastra. FLP Turki
berdiri ketika sastrawan Helvy Tiana Rosa berkunjung ke Istanbul pada awal
2014. Nabilah sempat bertemu beliau dan mengusulkan untuk mendirikan FLP Turki.
Helvy Tiana Rosa pun sangat bersemangat dan menyambut hangat usulannya. Setelah
melalui beberapa diskusi dan persiapan, FLP Turki akhirnya resmi dibentuk dan
diresmikan di kantor KJRI di Istanbul.
Tak lama
setelah acara peresmian tersebut, FLP Turki segera menerbitkan sebuah buku
berjudul Dari Negeri Dua Benua. Buku
itu adalah kumpulan cerita pendek, yang juga terdapat karya Nabilah di
dalamnya. Saat ini, anggota FLP Turki, telah mencapai 75 orang. Mayoritas
anggotanya adalah mahasiswa. Sisalnya adalah warga Indonesia yang tinggal di
Turki. Adapun kegiatan-kegiatan rutin yang diselenggarakan FLP Turki untuk para
anggotanya, antara lain, seminar dan diskusi sastra. Namun, menurut Nabilah,
untuk diskusi sastra tidak bisa terlalu sering diselenggarakan, karena untuk
mengundang narasumbernya harus menunggu momen yang tepat, seperti saat
kedatangan Helvy Tiana Rosa ke Istanbul. Di tengah kegiatannya yang cukup
padat, Nabilah mengaku, kuliahnya sama sekali tak terganggu. Bahkan, saat ini
ia sedang menggarap sebuah buku yang rencananya akan diberi judul Hafizah Itu Proyek Hidup. Buku tersebut
ditulis semata-mata untuk memotivasi diri yang tengah berupaya menghafal
Alquran. Rencananya, Nabilah akan merilis buku itu di Indonesia pada 2017.