Senin, 02 Oktober 2017

Agnes Widyastuti, Sang Inisiator Selamat ( Sosialiasi Edukasi Keselamatan Berlalu Lintas) - Save The Children.

Sosialisasi Edukasi Keselamatan Berlalu-lintas (Selamat) adalah salah satu program milik Save The Children (STC). STC adalah sebuah organisasi yang program atau kegiatannya fokus menangani persoalan yang berkaitan dengan perlindungan dan pemenuhan hak anak. Adapun tujuan dari program Selamat adalah untuk mengedukasi anak-anak, termasuk para orang tua, tentang pentingnya kepatuhan dan keamanan dalam berlalu lintas. Agnes Widyastuti adalah sosok yang menginisiasi lahirnya program Selamat. Muslimah yang juga menjabat sebagai senior program officer di STC ini mengungkapkan, program Selamat telah dilaksanakan sejak Oktober 2014 lalu. Ia mengaku, memiliki beberapa alasan yang mendorongnya menciptakan program tersebut.

Alasan yang paling utama, kata Agnes, adalah meningkatnya angka kematian anak dan remaja akibat berkendara di jalan raya dalam satu dekade terakhir. Menurutnya, naiknya angka kematian anak dan remaja tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga dalam lingkup global. Badan kesehatan dunia atau WHO sampai menetapkan, kematian akibat kecelakaan lalu lintas sebagai penyakit tidak menular. Ini saking masifnya angka kecelakaan di dunia. Di Indonesia, Agnes tak memungkiri, kesadaran masyarakat tentang pentingnya keamanan dan keselamatan anak-anak serta remaja di jalan raya memang masih minim. Dalam konteks ini, Agnes menyoroti satu persoalan utama, yakni masih cukup banyaknya orang tua mengizinkan anaknya, yang notabene secara hukum belum bisa mendapatkan surat izin mengemudi, untuk membawa kendaraan sendiri di jalan raya. Baik berupa motor maupun mobil.

Padahal, pengetahuan dan kesadaran anak-anak serta remaja tentang pentingnya keamanan dan keselamatan berlalu-lintas masih sangat terbatas. Kalangan remaja atau pelajar yang membawa sepeda motor, misalnya, kerap mengabaikan keselamatan diri dengan tidak menggunakan helm saat berkendara. Ini contoh yang sering terjadi. Akibatnya, cukup banyak nyawa anak dan remaja yang terenggut ketika mereka berkendara di jalan raya. Dan, tren atau angka kematian ini (remaja dan anak di jalan raya) terus meningkat di Indonesia dalam satu dekade terakhir. Fenomena tersebut yang menyebabkan Agnes memelopori lahirnya program Selamat. Menurutnya, pengetahuan tentang keselamatan berlalu lintas adalah hal yang harus ditanamkan kepada anak-anak sejak dini. Apalagi kalau mengetahui, anak-anak atau remaja ini tidak hanya menjadi korban kecelakaan lalu lintas saja, tapi terkadang juga menjadi pelaku.

STC yang berdomisili di Bandung, Jawa Barat ini menyasar sekolah-sekolah di sekitar Bandung, terutama SD dan SMP. Dipilihnya sekolah sebagai target program karena selain anak-anak dan remaja, di sana juga terdapat kalangan lain yang dapat diedukasi, yakni para guru sekaligus orang tua murid. Khusus untuk pelatihan dan pembinaan terhadap anak-anak, proses awal yang dilakukan adalah menyeleksi perwakilan siswa di sekolah. Para perwakilan tersebut, nantinya akan diberikan materi tentang keselamatan berlalu lintas. Kegiatan pembinaan dilaksanakan selama tiga hari. Adapun lokasi yang dipilih Agnes untuk kegiatan ini, yakni di Taman Lalu Lintas dan Taman Pramuka Bandung. Pada kegiatan pelatihan dan pembinaan tersebut, para perwakilan siswa dari sekolah masing-masing akan diedukasi tentang berbagai hal terkait keselamatan berlalu lintas. Mereka diperkenalkan pada rambu-rambu atau marka jalan, termasuk bagian jalan. Tidak hanya diperkenalkan pada rambu atau marka jalan, anak-anak tersebut juga diberitahu tentang alasan dan di mana biasanya rambu tersebut muncul.

Menurut Agnes, selama ini baik para orang tua maupun sekolah, biasanya hanya meminta anak-anak untuk menghafal rambu beserta artinya. Tapi tak diberi pemahaman lebih lanjut tentang fungsi rambu tersebut ketika muncul di jalan raya. Padahal, internalisasi nilai terkait hal ini lebih penting dan signifikan dibandingkan hanya menghafal. Selain rambu, pada sesi pelatihan dan pembinaan tersebut, anak atau siswa perwakilan sekolah juga ditekankan tentang fungsi dan pentingnya perlengkapan keselamatan berlalu lintas, seperti helm atau sabuk pengaman. Hal ini untuk menumbuhkan kesadaran mereka perihal bahayanya berkendara tanpa mengenakan perlengkapan keamanan atau keselamatan.

Dari proses pembinaan dan pelatihan selama tiga hari tersebut, tak sedikit siswa yang menindaklanjuti informasi yang diperolehnya dengan menciptakan karya-karya kreatif. Seperti video, komik, stiker, dan lainnya. Semua konten dari karya kreatif tersebut berisi seputar keselamatan berlalu lintas. Kegiatan pelatihan anak atau siswa ini dinamakan 'Penggerak Teman Sebaya'. Pelaksanaan kegiatan Penggerak Teman Sebaya telah dilaksanakan di 30 sekolah, terdiri dari 15 SD dan 15 SMP. Adapun target siswa yang hendak diedukasi dari kegiatan ini yakni sekitar 9000 siswa di seluruh Bandung. Agnes menjelaskan, program Selamat adalah proyek berjangka empat tahun dari STC. Dimulai pada 2014 dan diakhiri pada 2018.

Pada sesi pembinaan atau edukasi kepada orang tua siswa dan guru, terdapat beberapa poin yang ditekankan. Pertama adalah perihal keteladanan mereka dalam berkendara dan berlalu lintas. Misalnya, ada di antara mereka (orang tua/guru) yang mengendarai motor tanpa mau menggunakan helm karena alasan jaraknya dekat atau tidak ada polisi. Contoh kasus lainnya, adalah ketika mereka tidak mematuhi rambu atau marka jalan yang ada di jalan raya. Hal-hal seperti ini, menurut Agnes, memberikan contoh ketidakdisiplinan dan pada akhirnya diikuti oleh anak mereka masing-masing.

Selain keteladanan, materi lain yang diberikan kepada perwakilan orang tua murid dan guru adalah tentang keamanan dan keselamatan berkendara. Misalnya, tidak menempatkan anak di depan ketika mengendarai motor. Ini memang sering terjadi. Padahal kalau terjadi kecelakaan, potensi anak untuk cedera fatal sangat besar ketika mereka posisinya berada di depan. Begitu juga dengan mobil. Menurut Agnes, belum banyak orang tua mengetahui, anak yang berusia di bawah 12 tahun atau tingginya kurang dari 135 cm, sepatutnya tidak ditempatkan di kursi depan. Tidak kalah penting, perihal ketegasan dan komitmen orang tua untuk tidak mengizinkan anaknya membawa kendaraan bermotor ketika usianya belum mencukupi.

Agnes berharap, program Selamat dapat berkontribusi dalam menekan angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas yang melibatkan anak-anak serta remaja di dalamnya. Khususnya anak-anak dan remaja yang berdomisili di Bandung, Jawa Barat. Secara nasional, Agnes menjelaskan, Jawa Barat menempati posisi ketiga sebagai provinsi dengan angka kecelakaan tertinggi di Indonesia. Menurut Agnes, kesadaran tentang keselamatan berlalu lintas penting untuk ditumbuhkan, tidak hanya kepada anak-anak dan kalangan remaja, tapi masyarakat secara umum. Sebab, patuh dan tertib dalam berlalu lintas adalah sebuah kebaikan. Dan, sebagai seorang Muslimah, ia merasa wajib untuk mengingatkan dan mengajak orang-orang di sekitarnya pada kebaikan.