Jumat, 07 April 2017

Yusy Sriwindawati : Berbagi Ilmu Membuat Kue Kelas Internasional


Yusy Sriwindawati telah menuai kesuksesan dalam merintis bisnis penjualan aneka ragam kue hias. Keputusannya mengikuti kursus membuat kue yang diselenggarakan koki kue internasional di berbagai negara membuat bisnisnya semakin melejit. Sejak saat itu pula Yusy kerap diminta menjadi tutor dalam berbagai kursus pembuatan kue di Jakarta dan beberapa kota di Indonesia lainnya. Tanpa sungkan, Yusy membagi ilmunya yang sudah mencapai level dunia.

Bisnis kue yang dikembangkan Yusy memang tidak berlangsung di Indonesia, melainkan di Doha, Qatar. Sejak pindah ke sana untuk ikut suaminya bekerja, ia mulai merintis bisnisnya. Pada 2002, tak lama setelah tinggal di Doha, Yusy memulai bisnis kulinernya. Ketika itu, ia memang belum membuat kue, melainkan aneka makanan, seperti pempek, siomay, dan bakso. Menurutnya, kala itu, jenis-jenis makanan tadi masih cukup langka di sana. Kendati tidak memasarkan atau menjualnya melalui toko, yakni hanya memanfaatkan media sosial Facebook, jumlah pesanan cukup lumayan.

Kala itu, Yusy juga sempat memasok siomay, bakso, dan pempek buatannya di sebuah toko yang menjual berbagai produk Indonesia di sana, yaitu Qatindo. Walaupun masa kadaluwarsanya sekitar tiga bulan, makanan buatannya yang dijual di Qatindo biasanya habis dalam waktu sebulan. Namun, meski peminatnya cukup banyak, Yusy tidak terlalu lama menjual makanan-makanan tersebut. Pada 2004 ia mulai merintis bisnis kue, mulai kue kering hingga kue hias. Ia mengaku, mendapat usulan untuk berbisnis kue dari anaknya. Menurut anaknya, bila ia menjual makanan seperti siomay, bakso, dan pempek, itu peminatnya paling hanya masyarakat Indonesia. Tapi, kalau berjualan kue, warga mancanegara pun sepertinya berminat juga.


Akhirnya, Yusy pun menuruti usulan anaknya. Ia mulai membuat beberapa jenis kue, kemudian dijual dengan cara yang sama seperti sebelumnya, yakni via Facebook. Dan, ternyata benar, yang pesan kue buatannya tidak hanya orang Indonesia saja, tapi banyak warga mancanegara yang juga order. Setelah sering share info produknya lewat Facebook, sepertinya tersebar juga dari mulut ke mulut. Sejak saat itu, Yusy mengaku, mulai sibuk mengeksekusi berbagai pesanan kue yang diterimanya via Facebook dan e-mail. Pada titik ini, Yusy merasa bisnisnya mulai berjalan dan akan berkembang pesat. 

Hal tersebut memang terbukti. Dari hari ke hari, pesanan kue terus berdatangan kepadanya. Tapi, kala itu, memang belum banyak jenis kue yang dijual atau dieksekusi Yusy berdasarkan pesanan. Hanya jenis kue tertentu saja, seperti bolu dan chiffon cake. Kendati demikian, Yusy memang mendapat cukup banyak keuntungan. Namun, ia tak menabung atau menghamburkan keuntungannya tersebut. Laba bersih yang diraih ia investasikan untuk pendidikan, yakni berupa kursus membuat kue yang diselenggarakan oleh koki kue internasional.

Selain untuk memperluas wawasan tentang dunia kue hias, menurut Yusy, kursus juga memiliki manfaat lainnya. Yakni, membangun kepercayaan konsumen atau pelanggan tentang kualitas kue yang ia jual. Akhirnya, Yusy pun mengikuti kursus. Tak hanya di Doha, ia juga pergi ke beberapa negara untuk mengikuti kursus pembuatan kue tersebut. Di antaranya di Penang (Malaysia), Dubai, termasuk Indonesia. Di masing-masing negara, Yusy menghabiskan waktu sekitar sepekan untuk mengikuti serangkaian materi kursus. Dan harus Yusy akui, biayanya memang tidak sedikit alias mahal. Sekali kursus dia bisa menghabiskan sekitar Rp 30 juta.


Yusy mengaku, hampir seluruh keuntungannya digunakan untuk membiayai kursusnya. Tapi, hal tersebut tak merisaukannya. Sebab, Yusy memang telah bertekad untuk menjadi pembuat kue yang lebih profesional. Seusai mengikuti berbagai kursus, pengetahuan Yusy tentang cara membuat beragam kue hias semakin mumpuni. Ia mengkreasikan beraneka macam kue dengan bekal ilmu yang dimilikinya. Kue-kue tersebut selanjutnya ia unggah di Facebook dan akun Instagram-nya. Hal tersebut tentu saja berdampak langsung bagi bisnisnya. Cukup banyak yang merespons positif kreasi kue buatannya. Dan tentu saja, pesanan tetap menghampiri. Bahkan, dalam sehari, ia bisa mendapat empat pesanan kue hias.

Kendati bisnisnya berkembang cukup baik, sejak 2014 Yusy juga mulai menyempatkan diri untuk pulang dan mengajar kursus pembuatan kue di beberapa kota di Indonesia. Menurutnya, penting untuk membagi ilmu yang didapatkannya sewaktu kursus kepada para pebisnis dan penjual kue yang tinggal di Indonesia. Dalam proses ini, Yusy memang tidak diminta secara langsung oleh pihak penyelenggara kursus untuk mengajar di Indonesia. Awalnya, ia hanya membuat modul tentang cara pembuatan kue, lalu diunggah ke Facebook dan bertanya adakah yang berminat belajar padanya. Ternyata, banyak pihak dari Indonesia yang mau belajar pembuatan kue seperti yang biasa Yusy buat.

Meski tidak membagi pengetahuan dan pengalamannya secara cuma-cuma, Yusy tidak mematok tarif selangit untuk jasa pengajarannya. Sebab, dia menyadari, tidak semua orang atau pebisnis dan pedagang kue mampu membayar kursus seperti yang sempat diikutinya di beberapa negara. Pada suatu waktu, Yusy sempat mendengar terdapat satu koki kue internasional yang menggelar kursus pembuat kue butter cream Korea di Indonesia. Namun, untuk mengikuti kursus tersebut, para peserta harus menyiapkan biaya sekitar Rp 20 juta. Yusy merasa, tidak semua orang memiliki uang sebanyak itu untuk mengikuti kursus membuat kue.


Oleh sebab itu, pada suatu kesempatan mengajar di Jakarta, Yusy membimbing para peserta kursus tentang tata cara tepat membuat kue butter cream Korea. Saat itu, kue butter cream Korea memang tengah digandrungi masyarakat pencinta kue di Jakarta. Dalam setiap proses pengajaran, Yusy selalu mendorong para pesertanya yang praktik langsung (hands on). Jadi, Yusy tidak melakukan demo, melainkan para peserta yang langsung membuat kuenya. Karena menurut Yusy, kalau ia hanya melakukan demo, ujung-ujungnya hanya ia yang pintar. Selain itu, metode hands on juga lebih efektif. Bila telah menjajal sendiri membuat kue, para peserta kursus cenderung akan lebih mudah megingat urutan pembuatan kue, dengan detail-detailnya secara tepat.

Selain di Jakarta, Yusy juga menggelar kelas atau kursus pembuatan kue di beberapa kota lainnya, antara lain, di Depok, Bandung, Malang, Semarang, dan Lampung. Sebenarnya Yusy juga mendapat tawaran untuk mengajar kursus di salah satu toko kue di Papua. Tapi, ia belum diizinkan suaminya kalau harus mengajar sampai ke sana. Saat ini, rutinitas Yusy sebagai pengajar dan pebisnis kue masih tetap berjalan. Menurutnya, ada satu hal yang perlu dilakukan agar bisnis kue dan pemahaman tentang cara membuatnya dapat terus berkembang, yakni senantiasa belajar. Saat belajar, ide dan inovasi kreatif dalam membuat kue akan tetap lahir.