Sabtu, 20 Mei 2017

Peggy Melati Sukma, Hijrah Dari Dunia Selebritis Menuju Dunia Dakwah.


Tahun 2013 merupakan masa-masa terberat bagi Peggy Melati Sukma. Pesohor muslimah itu sempat mengalami depresi cukup hebat. Dua tahun lamanya sosok yang pernah tersohor dengan ekspresi "pusiiiing!" di sinetron Gerhana ini bergumul dengan kegelisahan. Apa-apa yang telah dibina selama dua puluh tahun terakhir mulai berantakan. Hidupnya seperti kehilangan arah. Perempuan kelahiran Cirebon ini mengaku dirinya menjadi sosok yang tak mampu mengendalikan diri. Lalu, itu berdampak pada relasinya dengan sekitar, terutama pada bisnisnya. Sehingga, ia banyak kehilangan orang-orang dekat, bahkan juga kehilangan rumah tangganya.

Saat itu, Peggy sering pulang larut malam hingga dini hari. Kesibukannya begitu melelahkan. Ia kian merasa tenggelam dan tidak bahagia. Peggy sempat mempertanyakan kehidupannya yang berjalan seperti itu. Bahkan, ia juga sempat marah kepada Allah. Ternyata, hal itu menjadi pengantar baginya untuk berhijrah. Peggy menjelaskan, tidak ada momentum khusus yang menjadi titik balik. Semua berjalan sebagai proses. Itu dimulai dengan kebiasaannya sampai di rumah pada larut malam. Peggy menyadari, hal itu merupakan kesempatan untuk belajar bangun malam (qiyamul lail). Kemudian, ia mulai berusaha merutinkan shalat tahajud di sepertiga malam. Adapun waktu tidurnya ia ambil ketika menumpang mobil pribadi dalam perjalanan pulang.


Usai shalat malam, Peggy merasa ada kerinduan dari dalam hatinya untuk memperbaiki hubungan dengan Allah. Dia merasa perlu mendapatkan keseimbangan dari ingar-bingar aktivitasnya selama ini. Menurut Peggy, kuncinya dalam berhijrah, memang harus mengenal diri sendiri dan mengenal Allah. Lalu, sikap yang mesti dilatihkan adalah sabar. Supaya sampai pada keikhlasannya. Sejak saat itu, Peggy giat mengunjungi majelis-majelis untuk belajar pada sejumlah alim ulama. Ia kemudian diperkenalkan pada makna hijrah. Kata itu memiliki dua arti. Secara istilah, hijrah merupakan peristiwa sejarah ketika Nabi Muhammad SAW berpindah dari Makkah ke Madinah. Secara umum, hijrah bermakna meninggalkan segala yang dilarang Allah dan menuju apa-apa yang dicintai Allah. 

Peggy merasa, sebelumnya ia tidak menyadari akar kegelisahannya. Selama ini, hidupnya hanya fokus pada urusan duniawi, seperti kekayaan atau popularitas. Di sisi lain, urusan ukhrawinya berantakan. Padahal, soal harta dan fisik adalah sementara. Peggy pernah mengalami beragam peran, seperti penyanyi, artis, model, duta di sejumlah lembaga terhormat, baik dalam maupun luar negeri, hingga dunia bisnis. Namun, semua itu tidak memberinya kebahagiaan sejati. Akhirnya, ia menyadari, dalam sebuah hadis qudsi, Allah berfirman, Dia bukan melihat harta dan jasad, melainkan hati dan amalan. Segalanya merupakan milik Allah. Manusia tidak memiliki apa-apa. Karena itu, menurut Peggy, sudah sewajarnya untuk kembali, berserah diri kepada Allah, baik di kala senang maupun sulit. Tunjukkan langsung kepada Allah bahwa kita membutuhkan ampunan-Nya, dengan tepat waktu sholat, memperbaiki membaca Al-Quran, berpuasa, qiyamul lail, merapihkan (menutup) aurat, dan lain-lain yang diperintahkan Allah.


Menurut Peggy, hijrah membutuhkan perjuangan. Tidak serta merta yang ditinggalkan itu sesuatu yang tidak menyenangkan. Justru sebaliknya. Pelaku hijrah mungkin meninggalkan sesuatu yang disukai dan menjadi bagian dari dirinya dan sumber penghasilan. Satu hal penting dalam berhijrah adalah ridha orang tua. Dalam Al-Quran, Allah berkali-kali mengingatkan umat Islam soal ini. Bahkan, dalam Surah Lukman, Allah menyebut kewajiban berbakti kepada ibu dan ayah setelah larangan menyekutukan Allah.

Peggy merasa beruntung lantaran memiliki orang tua yang menyayanginya. Karena itu, dia menyarankan agar dalam berhijrah menuju ridha Allah, perbaiki terlebih dahulu hubungan diri dengan orang tua. Menurutnya, Allah menciptakan diri manusia melalui cinta kedua orang tua. Karena itu, bagi Peggy, ridha orang tua adalah pintu satu-satunya menuju taubat yang sesungguhnya. Jalan hijrah dimulai dari ridhanya kedua orang tua. Hal ini yang sering kali Peggy sampaikan dalam banyak kesempatan dakwah. Peggy menambahkan, jalinan dari taubat dan berbakti kepada orang tua adalah sikap ikhlas. Kemudian, hijrah bukanlan sebuah destinasi, melainkan proses yang berlangsung terus menerus. Banyak orang mengatakan, setelah hijrah itu akan mendapat banyak cobaan. Peggy pun menyetujui. Karena hijrah merupakan sebuah perjalanan. Jadi, jangan mengira, setelah hijrah, maka hidupnya senang, kemudian tidak berbuat apa-apa.


Kini, sosok Peggy Melati Sukma aktif dalam pelbagai kegiatan dakwah. Ia dikenal sebagai penggagas dan pengelola gerakan Urban Syiar Project yang berfokus pada dakwah, pemberdayaan sosial, dan donasi kemanusiaan. Gerakan ini menjangkau dan menyalurkan bantuan di wilayah-wilayah konflik, seperti Palestina dan Suriah. Ia juga ikut membangun sekolah untuk anak-anak berkebutuhan khusus di Gaza. Sampai sekarang, Peggy masih bergiat dakwah keliling Indonesia. Ia mengisi pelbagai acara pelatihan dan membangun 99 rumah belajar Al-Quran. Selain itu, Peggy juga menulis buku. Salah satu buku karyanya adalah Kujemput Engkau di Sepertiga Malam, yang menjadi best seller.

Peggy bersyukur, lantaran hidupnya kini menapaki proses hijrah dari dunia selebritis menuju ladang dakwah. Ia justru menemukan hidup yang lapang dan tenteram. Sampai saat ini, ia juga sudah mengunjungi 25 negara untuk berdakwah atau menjadi pembicara Muslimah. Ia pernah menjadi Duta Filantropi Dompet Dhuafa, Duta Islamic Book Fair, dan anggota Dewan Kelautan Indonesia. Saat ini, ia merupakan Duta Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).




Tidak ada komentar:

Posting Komentar