Selasa, 03 Januari 2017

Siti Wardiyah Sabri : Seniman Ilustrasi Dari Pondok Pesantren.


Sejak duduk di bangku sekolah dasar, Siti Wardiyah Sabri sudah menunjukkan bakatnya dalam membuat karya ilustrasi dan kartun. Keterampilannya semakin terasah ketika dia memutuskan untuk menempuh pendidikan seni rupa di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Tak ayal, Siti kerap diminta untuk menjadi tutor dalam kegiatan lokakarya terkait, serta menjadi pengajar di lembaga pendidikan khusus menggambar anak-anak, yakni Globar Art.

Siti, yang lebih akrab disapa Dunki Sabri, mengatakan, ketika masih sekolah dasar, ia kerap mencoret-coret buku tulisnya dengan beraneka ragam gambar. Tak cukup menggambar, Siti bahkan pernah membuat beberapa komik di buku tulisnya sendiri. Kendati gambar dan cerita komiknya masih sederhana, ia telah berani menunjukkan karyanya kepada teman-temannya kala itu.

Walaupun melanjutkan jenjang pendidikan berikutnya di lembaga pendidikan agama, yakni Pondok Putri Modern Gontor, Mantingan, Ngawi, Jawa Timur, tapi hal tersebut tak membuat Siti seketika memendam keahliannya menciptakan karya ilustrasi dan kartun. Di Gontor, ia justru semakin mengaktualisasikan kemampuannya. Siti mengatakan, ketika menimba ilmu di Gontor, ia aktif menjadi anggota Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM), yang bila di lembaga pendidikan umum semacam OSIS. Di OPPM, Siti kebagian jadi pengurus bidang kesenian. Anggota bidang kesenian selalu dipercaya untuk membuat berbagai media visual, seperti poster, mural, dan spanduk, untuk kebutuhan kegiatan-kegiatan harian para santri. Kala itulah, Siti merasa bahwa ternyata keahliannya ada manfaatnya.

Siti pun aktif mengkreasikan berbagai gambar dan ilustrasi untuk kebutuhan atau pendamping naskah-naskah berita majalah dinding semasa memondok. Selain itu, Siti juga sempat menerbitkan sebuah buku berjudul How To Make Cartoon untuk kalangan santriwati. Dalam buku tersebut, Siti menguraikan langkah-langkah untuk membuat sebuah karya kartun, mulai dari cara membuat kepala, kaki, gestur tubuh, dan lainnya. Sebelum menerbitkan bukunya, Siti tentu telah meminta izin lebih dahulu kepada bagian pengasuh. Kendati bukunya cukup banyak diminati para santriwati, namun dia mengaku kurang mengetahui respons bagian pengasuh pondok terhadap karyanya. Tapi yang jelas, sambung Siti, ia sama sekali tidak pernah dilarang untuk terus membuat gambar-gambar di bukunya, selama itu bermanfaat dan tidak berlebihan.

Selepas menempuh pendidikan di Gontor, Siti kian memantapkan hati untuk mengembangkan keahliannya membuat karya ilustrasi dan kartun. Ia sudah merencanakan ingin kuliah yang memang ada kegiatan gambarnya. Setelah berkonsultasi dengan kakaknya, Siti mencoba Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) untuk masuk pendidikan seni rupa di UNJ. Dan syukurnya, Siti diterima. Di UNJ Siti diajar semua aspek seni rupa dasar, yang ketika di pondok, ia tidak pernah dapatkan materinya secara formal.

Berbekal pengalaman dan ilmu-ilmu baru yang didapatkannya di kampus, Siti mulai memanfaatkan waktu luang kuliahnya untuk membuat berbagai karya ilustrasi untuk kebutuhan buku-buku sekolah dan buku cerita anak-anak. Pekerjaan tersebut didapatkan berkat info dari kakaknya, yang memang seorang pegawai di sebuah penerbitan. Proses tersebut memang tidak instan. Siti harus terlebih dahulu memperlihatkan portofolio gambar-gambarnya kepada penerbit. Hingga akhirnya mereka pun setuju, dan menugaskan Siti untuk membuat ilustrasi-ilustrasi yang sesuai dengan naskah buku. Bukunya sendiri adalah buku pelajaran sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Selain itu, Siti juga menggarap beragam karya ilustrasi untuk keperluan berbagai buku cerita anak-anak. Awalnya, beberapa temannya meminta dia membuat ilustrasi untuk buku edukasi khusus kalangan taman kanak-kanak. Setelah cukup banyak menerima pekerjaan membuat ilustrasi buku anak-anak, hasil karyanya itu pun Siti sebar di media sosial. Dari situ, mulai banyak penerbit yang menghubungi Siti untuk jadi ilustrator mereka.

Tak hanya itu, sebelum lulus kuliah, Siti juga telah mencecap pengalaman sebagai pengajar di Global Art, Pasar Baru, Jakarta Pusat. Global Art merupakan lembaga yang bergerak di bidang pendidikan, yakni berupa kursus menggambar untuk anak-anak. Setelah lulus kuliah pada 2008, Siti sering menghabiskan waktunya untuk terlibat aktif dengan beragam komunitas ilustrasi dan kartun. Antara lain, komunitas komik Akademi Samali, Komunitas Ilustrator Indonesia (Kelir), Komunitas Muslimah Kreatif (Hijabographic), Komunitas Pelukis dan Guru-Guru Perempuan, dan lain-lain. Dari pergaulannya di komunitas, Siti bisa mengembangkan diri lebih jauh. Dia sering kali diminta menjadi tutor di acara-acara lokakarya ilustrasi dan kartun, seperti di Goethe (lembaga kebudayaan Jerman), dan pernah diundang oleh salah satu televisi swasta nasional.

Ketika berkenalan dengan beragam seniman ilustrasi dari berbagai daerah dan mancanegara di berbagai komunitas, Situ juga menyadari satu hal. Ia jadi mengerti bahwa keterampilan yang diberikan Allah SWT kepadanya tidak main-main. Karena  lewat karya-karyanya ini, Siti bisa speak our mind. Sejak 2011, Siti juga telah menyibukkan dirinya sebagai pengajar. Ia menjadi guru seni dan budaya di SMP Islam Al-Azhar I, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Kendati demikian, Siti masih mempunyai rencana untuk membuat proyek yang akan ia garap di waktu mendatang. Yakni membuat buku cerita anak-anak bernuansa Islami. Jadi, baik gambar maupun naskah ceritanya, Siti yang buat sendiri. Dia berkeinginan agar karyanya tidak hanya sekedar gambar tak bermakna dan tidak memiliki manfaat. Siti ingin gambarnya bisa menyampaikan sesuatu yang bermanfaat. Bukan hanya untuk tujuan komersil semata, tapi juga punya nilai keberkahan, persis seperti yang diterangkan oleh ustaz-ustaznya dahulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar