Senin, 20 Maret 2017

Gyan Puspa Lestari : Ketua Pengurus Pusat Pemudi Persis, Berdakwah Lewat Organisasi.


Sejak remaja, Gyan Puspa Lestari memang telah aktif dalam berbagai kegiatan di organisasi otonom Persatuan Islam Indonesia (Persis), yakni di Persatuan Islam Istri (Persistri), dan Pemudi Persis. Setelah aktif cukup lama, perjalanan dakwah mengantarkannya menjadi Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Pemudi Persis periode 2014-2018. Sekarang, Gyan tengah fokus memperkokoh karakter keislaman Muslimah, terutama mereka yang bernaung di bawah Pemudi Persis.

Gyan mengatakan, pada 1998, ia bersekolah di sebuah madrasah tsanawiyah milik Persis di Bandung, Jawa Barat. Ketika itu, dia juga telah aktif dalam organisasi siswa intra sekolah (OSIS). Di sana, Gyan menjalani amanah sebagai ketua OSIS untuk kalangan putri di sekolahnya. Di madrasah itu, ketua OSIS untuk siswa laki-laki dan perempuan memang dibedakan. Pada usianya yang masih sangat muda, Gyan juga telah terpilih sebagai mubaligah Persistri. Ia masuk mubaligah tingkat pimpinan daerah se-Kabupaten Bandung waktu itu.

Pada 2002, Gyan memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya di Al-Azhar Mesir. Kendati terpisah dari berbagai kegiatan di Persistri dan Pemudi Persis, tak membuat nalurinya sebagai seorang kader Persis pudar. Ketika di Al-Azhar, Gyan menginisiasi berdirinya komunitas alumni pesantren Persis, yang waktu itu memang belum ada. Saat dibentuk, Gyan juga langsung terpilih sebagai ketuanya. 

Setelah membentuk komunitas tersebut, Gyan mulai menggelar kegiatan rutin untuk para anggotanya, yang ketika itu hanya berjumlah lima orang. Rutinitas mereka menyelenggarakan kajian, khususnya untuk memperdalam mata kuliah yang diajarkan. Di dalam forum ini, mereka mengasah kemampuan akademis. Seiring berjalannya waktu, anggota komunitas tersebut tidak hanya alumni pesantren Persis saja. Lambat laun, banyak pula mahasiswa asal Indonesia, yang tidak pernah bersekolah di lembaga pendidikan Persis, ingin bergabung dengan komunitas tersebut. Kendati demikian, Gyan tetap terbuka dan menerima mereka.

Lulus dari Al-Azhar pada 2007, Gyan kembali ke Indonesia. Namun, ketika itu ia sempat vakum dari berbagai kegiatan karena sedang mengandung. Tak lama setelah kepulangannya dari Mesir, Gyan terpilih menjadi pimpinan Pemudi Persis cabang Margaasih, Bandung, Jawa Barat. Perlu diketahui, Pemudi Persis Margaasih anggotanya terbanyak se-Indonesia, yakni sekitar 380-an anggota. Ketika menjadi pimpinan Pemudi Persis Margaasih, Bandung, Gyan merancang serangkaian kegiatan untuk para anggota. Kegiatan rutin biasa dilakukan pada Jumat. Setiap Jumat, mereka mengadakan berbagai kegiatan, seperti mendatangkan mubaligah dari pimpinan daerah, kajian kitab fikih, hingga seminar yang berkaitan dengan perempuan, seperti parenting dan tutorial hijab. Ragam kegiatan memang sengaja digelar oleh Gyan. Hal tersebut untuk memenuhi kebutuhan keilmuan dan keterampilan setiap anggotanya. Sebab memang tak sedikit anggota  Pemudi Persis Margaasih yang masih remaja. Menurut Gyan, awal perjalanan dakwahnya dimulai ketika ia menjabat sebagai ketua cabang Pemudi Persis Margaasih. 

Pada 2012, Gyan dipanggil PP Pemudi Persis untuk menjadi ketua atau koordinator divisi penelitian dan pengembangan (litbang). Ketika menjabat posisi itu, pengalaman berorganisasinya semakin matang. Sebab, saat aktif di litbang PP Pemudi Persis, Gyan seringkali mengkaji persoalan-persoalan internal organisasinya. Salah satunya adalah pola kaderisasi. Menurut Gyan, persoalan utama yang harus ditangani ketika menjabat sebagai koordinator litbang PP Pemudi Persis adalah perihal berkembangnya cara pandang bahwa perempuan ideal adalah mereka yang dapat merintis dan mengembangkan kariernya. Maksudnya adalah, ketika perempuan itu bisa berkarier, itu bisa menjadi sesuatu yang membanggakan. Tapi, terkadang mereka lupa ada kewajiban utama sebagai seorang Muslimah, yaitu harus tetap mampu berperan sebagai seorang istri dan ibu untuk anaknya.

Akhirnya, Gyan dan rekan-rekannya di litbang PP Pemudi Persis mendesain sebuah silabus untuk menangkal cara pandang tersebut. Silabus itu nantinya akan dijadikan acuan atau pedoman untuk seluruh kajian di Pemudi Persis, mulai pengurus pusat hingga cabang. Gyan berpendapat, fenomena wanita karier memang bukan hal dan sesuatu yang baru. Terlebih lagi dengan berkembang dan maraknya paham seperti feminisme. Namun, Gyan hanya ingin menegaskan fitrah sebagai seorang perempuan atau Muslimah. Islam, menurutnya, tidak pernah mengekang dan memperkosa hak-hak perempuan. Jadi, silahkan berkarier sesuai dengan potensi masing-masing. Tapi tetap ingat, fitrah dan batas-batas yang disyariatkan oleh Al-Quran dan sunah.

Gyan mengatakan, silabus tersebut saat ini telah diterapkan di Pemudi Persis. Penerapannya sendiri dilakukan tak lama setelah dirinya menjadi Ketua Umum PP Pemudi Persis dalam muktamar pada 2014 lalu. Selain penegasan fitrah melalui silabus, hal lain yang tengah dilakukan Gyan setelah didaulat sebagai Ketua Umum PP Pemudi Persis adalah merancang sebuah buku saku berpakaian dan berbusana untuk para anggotanya. Buku tersebut menjadi respons organisasinya terhadap perkembangan tren mode busana Muslimah saat ini. 

Gyan mengaku sangat gembira melihat perkembangan mode busana Muslimah dalam beberapa tahun terakhir. Sebab motif, bentuk, warna, dan modelnya sangat beragam. Ia tidak mempermasalahkan bila anggota Pemudi Persis mengikuti perkembangan tren mode busana Muslimah. Namun, mereka juga harus mengetahui aturan atau syariat yang telah ditetapkan Islam terkait hal tersebut. Menurutnya, masih banyak fenomena Muslimah berbusana, tetapi seolah tampil tanpa busana. Maksudnya adalah, mereka berpakaian, tapi lekuk tubuhnya sangat terbentuk. Bahan pakaiannya juga sangat tipis, yang akhirnya mengundang mata laki-laki untuk melihat.

Selain kedua hal tersebut, saat ini PP Pemudi Persis tengah berupaya merampungkan buku sirah jihad Pemudi Persis, dari awal didirikan pada 1954 hingga saat ini. Gyan mengungkapkan, buku sirah jihad tersebut akan menggambarkan bagaimana perjuangan Pemudi Persis sejak awal kelahirannya. Dipaparkan dari periode kepengurusan satu ke periode kepengurusan berikutnya. Dengan buku itu, Gyan berharap para anggota Pemudi Persis dapat lebih menghayati perjuangan organisasi. Bahwa perjuangan itu tidak mudah. Semoga nantinya anggota Pemudi Persis bisa mengambil pelajaran dan hikmah di dalamnya. Buku tersebut juga diikhtiarkan sebagai media untuk senantiasa memperbaiki diri. Yang kurang bisa dievaluasi dan perbaiki, sementara yang baik harus terus dikembangkan. Jadi, harapan Gyan, ke depan Pemudi Persis bisa berkiprah lebih baik lagi.




1 komentar:

  1. Sambal Roa Judes, salah satu kekayaan kuliner nusantara, Sambal yang dibuat dari campuran Ikan Roa ini selalu sukses menggoda lidah para penggemar pedas. Bahkan bagi mereka yang tidak pernah memilih ikan sebagai menu makanan mereka pun, selalu berakhir dengan mengakui kehebatan rasa Sambel Roa JuDes ini.. Anda penasaran ingin menikmatinya ? Hubungi layanan Delivery Sambal Roa Judes via whats app/sms di 085695138867

    BalasHapus