Kamis, 30 Maret 2017

Inne Rachma Hardjanto : Fotografer Berhijab Yang Taklukkan Industri Mode Eropa.


Tak tebersit di benak Inne Rachma Hardjanto akan menekuni profesi sebagai fotografer profesional. Sejak masih duduk di bangku SMA hingga kuliah, Inne hanya menjadikan bidang ini sebagai pengisi waktu luang. Seiring berjalannya waktu, keahlian Inne pun semakin terasah. Hingga sekarang, dia menjadi salah satu fotografer ternama di Belanda. Sudah cukup banyak proyek pemotretan yang melibatkan model dan merek ternama di berbagai negara Eropa yang dia garap. Dengan balutan jilbab, Inne pun tampil percaya diri menjepret top model ternama di catwalk level dunia.

Awal keputusan Inne untuk menjadi fotografer dimulai ketika harus meninggalkan Indonesia. Dia menemani suaminya bertugas di Belanda pada 2004. Berselang dua tahun, Inne sudah menetap di Negeri Kincir Angin tersebut. Selama tinggal di Belanda, Inne mengaku memiliki cukup banyak waktu untuk menyalurkan hobi fotografinya, selain juga bepergian atau travelling. Tanpa diduga-duga, Inne ditawari oleh rekannya untuk menggarap proyek pemotretan model dan produk mode dari salah satu merek busana milik Belgia. Lulusan Universitas Rotterdam ini diminta untuk membuat promo iklan berupa foto fashion dan beauty. Selain itu, juga diminta untuk membuat online present untuk para model yang dipotretnya, Jadi, Inne harus campaign artis tersebut secara online, baik melalui website juga weblog.


Proyek pemotretan perdana tersebut digarap Inne seorang diri. Mulai menentukan konsep, proses eksekusi, hingga fase pascaproduksi. Inne mengaku, mendapat cukup banyak ilmu dan pengalaman dari proyek pemotretan perdananya itu. Kendati merupakan pengalaman perdana, klien Inne cukup puas dengan hasil pekerjaannya. Sejak itu, mantan dosen ilmu manajemen di Universitas Indonesia ini mulai menemukan jaringan yang lebih luas untuk pekerjaan dan hobinya. Seusai menuntaskan proyek perdananya, Inne mulai terlibat di beberapa proyek industri mode di negara-negara Eropa. Tak hanya itu, dia pun mulai berkenalan dengan berbagai desainer busana yang cukup kondang di sana. Pekerjaan yang ditawarkan kepada Inne tidak lagi hanya seputar pemotretan model dan mengkampanyekannya di jejaring internet. Inne juga mulai menggarap proyek, seperti pembuatan katalog sejumlah desainer dan brand. Ada juga campaign untuk diterbitkan di majalah, billboard, leaflet, calender brand, dan lain-lain.

Walaupun cukup banyak klien dari kalangan desainer dan merek mode Eropa yang ingin menggunakan jasa pemotretannya, semua itu tidak membuat nilai-nilai keislaman yang dianutnya goyah. Seperti diketahui bahwa produk busana atau mode Eropa, memang sering kali mengumbar bagian tubuh perempuan. Bila terdapat klien yang memintanya untuk memotret busana-busana vulgar atau membuka aurat, Inne selalu menolak. Hanya busana yang sopan atau tidak terbuka yang ingin ia abadikan. Kendati demikian, hal tersebut tidak menyurutkan minat para desainer atau produsen mode di sana untuk tetap menggunakan jasa Inne. Menurut Inne, ada selalu beberapa hal yang menjadi acuan kliennya sebelum mengajak bekerja sama. Di antaranya, adalah sikap atau tingkah laku serta profesionalisme. Jadi, kombinasi semuanya sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan kerja sama di kemudian hari.


Setelah cukup lama berkarier secara profesional di dunia fotografi, pada 2010 Inne mendirikan Picturesque Production (PP). Pembentukan PP merupakan bentuk keseriusan Inne dalam menekuni bidang mode. Inne mengungkapkan, salah satu tujuan dibentuknya PP adalah untuk melayani klien, yakni para desainer dan produsen mode ketika hendak menyelenggarakan acara pertunjukan mode atau fashion show. Kegiatan PP sendiri cukup banyak. Inne menjadi event director yang merancang acara, mulai konsep, pemilihan tempat, staf pekerja atau tim, penata rias artis dan model, rekrutmen desainer, membangun relasi dengan media, dan lain-lain. Setelah membentuk PP, salah satu acara yang diikuti Inne adalah Amsterdam Fashion Week. Dalam acara itu, Inne bertindak sebagai partisipan dan vendor model sekaligus desainer, karena dia sudah menjalin kerja sama langsung dengan direktur Amsterdam Fashion Week.

Inne juga pernah memproduksi sebuah pertunjukan mode yang penggarapan sepenuhnya dilakukan oleh PP, yakni acara Cologne Fashion Week di Jerman dan Monki First Fashion Show in Europe. Di kedua acara tersebut, selain sebagai vendor Inne juga sekaligus menjadi special guest. Tak hanya itu, Inne pun pernah menggelar pertunjukan mode bernuansa Islam dalam acara Reception and Fashion Show Event. Untuk acara ini, Inne melibatkan beberapa desainer Tanah Air, seperti Irna Mutiara, Monika Jufry, dan Deden Siswanto. Dalam acara tersebut, semua model mengenakan hijab. Konsep serupa pun juga dieksekusi Inne dalam perhelatan Indonesia Cultural Fashion, yang digelar pada pertengahan Desember 2016. Selain menampilan busana-busana khas berbagai daerah di Indonesia, pada momen tersebut, Inne juga kembali menyuguhkan produk busana muslimah. Acara itu juga dimaksudkan untuk menjadi wadah menampilkan karya-karya desainer Indonesia.


Salah satu tujuan Inne membentuk PP dan menggelar pertunjukan mode bernuansa Islami adalah karena keinginannya untuk menunjukkan wajah Islam yang sesungguhnya kepada dunia, khususnya Eropa. Bahwa Islam itu sesungguhnya sangat ramah dan menyukai keindahan. Kaum Muslim pun juga tidak perlu ditakuti, karena kaum Muslim juga menyukai mode dan lainnya. Oleh sebab itu, Inne selalu berupaya menyasar masyarakat Eropa dalam berbagai kegiatannya. Hal itu semata-mata dilakukan agar pesan tentang Islam yang ramah dan menyukai keindahan dapat diterima dan dimengerti oleh mereka. Inne pun yakin ada banyak Muslimah khususnya mereka yang berasal dari Indonesia, dapat melakukan apa yang telah ia lakukan selama ini. Ia ingin membagi kisah dan inspirasi bahwa masyarakat Indonesia sejatinya mampu sejajar dengan Eropa. Kuncinya hanya profesionalisme, kerja keras, dan yang terpenting adalah kekuatan doa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar